Budaya mempunyai makna yang penting bagi masyarakat. Budaya timbul karena manusia dan interaksi sesama manusia. Salah satu budaya yang berkembang di Indonesia adalah kegiatan pada bulan Safar.

Ritual mandi safar merupakan salah satu upaya spiritual yang dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim di Indonesia, diantaranya di beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kepulauan Riau, Malaku, Kalimantan, termasuk di salah satu daerah di wilayah Provinsi Riau, tepatnya di Desa Tanjung Punak, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis.

Ritual rutin yang diselenggarakan setiap bulan Safar itu dihadiri dan diikuti ratusan bahkan ribuan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, orang tua maupun muda yang datang dari desa sekitar maupun dari daerah lainnya, bahkan dari luar Kabupaten Bengkalis.

Sejarah Ritual Mandi Safar

Menurut salah seorang pengurus Lembanga Adat Melayu Rupat Utara, Pak Dolah, upacara mandi safar ini sudah dimulai sejak 1950 silam. Tradisi ini dibawa dari pesisir pantai Malaysia.

Ada beberapa perbedaan dalam proses pelaksanaannya, mereka percaya bahwa ritual mandi safar dapat mencegah atau bahkan menghilangkan segala wabah penyakit, bencana atau musibah yang akan datang, khususnya pada bulan Safar.

Kini, ritual mandi safar tetap eksis diselenggarakan bahkan kegiatan ini telah ditetapkan sebagai salah satu aset kearifan lokal, sekaligus objek wisata tahunan yang diharapkan mampu menarik wisatawan domestik maupun manca negara.

Persiapan Mandi Safar

Bagi masyarakat Desa Tanjung Punak, khususnya dan Kecamatan Rupat Utara umumnya, perhelatan mandi safar dianggap sebagai sebuah perhelatan besar yang membutuhkan persiapan secara matang, meskipun perayaan itu diselenggarakan rutin setiap tahunnya.

Prosesi upacara mandi safar dimulai dari pagi hari. Setelah subuh, masyarakat menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Seperti, sehelai daun atau selemar kertas persegi (rajah) yang kemudian diserahkan kepada tetua kampung yang dianggap memiliki ilmu agama cukup.

Rajah tersebut ditulisi ayat-ayat menggunakan benda-benda keras seperti lidi yang dibuat menyerupai pensil dengan ujung dilancipkan, atau tinta yang mudah hancur.

Proses Pelaksanaan Mandi Safar

Prosesi mandi safar dimulai dengan dzikir bersama lalu dilakukan arak-arakan diiringi kompang beserta 8 (delapan) pasang anak yang merupakan perwakilan desa di Kecamatan Rupat Utara menuju sumur tua. Sumur tua itu tak jauh dari Pantai Tanjung Lapin.

Konon, menurut seorang tokoh masyarakat bernama Ismail Umar, sumur tua disebut sumur Lapin yang dinilai memiliki keistimewaan tersendiri dan dipercaya sebagai sumur keramat yang tak pernah kering meskipun kemarau panjang. Selain itu, airnya tidak terasa asin walaupun berada di tepi laut.

Dolah selaku pemandu mengawali dengan prosesi berdiri sembari, membacakan doa-doa, kemudian menulis ayat di secarik kertas lalu dimasukan ke dalam pasu. Pasu, adalah sebuah tempayan keramik yang dihias dengan janur berbentuk miniatur gunung, burung dan lainnya. Dipinggiran tempayan berjalin rapi mayang pinang berajut membentuk lingkaran memenuhi pinggir tempayan.

Setelah itu, 8 pasang anak-anak dipersilahkan untuk duduk berbaris di depan 8 buah pasu yang telah dihias dengan pucuk dan mayang kelapa. Air yang sudah dimasukkan kertas tersebut disebut wafa.

Satu persatu tetua adat, pemuka agama dan pemerintah setempat menepuk tepung tawari anak-anak itu, kemudian air wafa' disiramkan ke tubuh mereka menggunakan centong dari tempurung kelapa.

Setelah selesai, warga dipersilahkan mengambil air wafa. Saat itulah warga saling berlari dan berebut mengambil air do'a tersebut. Ada yang membasuh muka, ada pula yang membawa botol air mineral kosong untuk diisi air wafa'.

Setelah itu, warga melakukan masyarakat melakukan kenduri di sumur. Mereka menikmati ketupat lemak dan makanan yang mereka bawa dari rumah masing-masing. Setelah kenduri itu, masyarakat pergi mandi ke laut, setelah itu barulah dibilas dengan air sumur lapin yang sudah dibacakan doa tadi.

Akses Menuju Pulau Rupat

Pulau Rupat kian menggeliat berbagai sarana pendukung kini terus dibangun, termasuk infrastruktur dasar. Apalagi, sejak 10 tahun silam pulau Rupat sudah dinobatkan menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Bagi Anda yang ingin berkunjung ke pulau Rupat, baik perorangan ataupun rombongan direkomendasikan untuk menggunakan moda transportasi kapal Ro-Ro. Perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih 25 menitan itu menghubungkan Kota Dumai dengan Kelurahan Tanjung Kapal di Kecamatan Rupat.

Jadwal penyebrangan kapal Roro Dumai - Rupat itu, Senin s.d. Rabu dimulai pagi sekitar 7.30 WIB dan trip terakhir pukul 18.00 WIB. Sedangkan Kamis s.d. Minggu, trip pertama pukul 7.00 WIB berakhir malam, sekitar pukul 22.00 WIB.

Saat ini ada dua kapal yang melayani penumpang, yakni Kapal Muria dan Mulia. Untuk itu disarankan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, agar cepat masuk antrian terutama bagi pengguna roda empat atau lebih.

Selain itu, bisa juga menggunakan jasa speed boat dari Sungai Dumai menuju Tanjung Medang. Biasanya keberangkatannya sore sekitar pukul 15.00 WIB. Atau kini juga sudah ada jasa travel, melayani trayek Dumai s.d. Rupat dan Rupat Utara.

Alternatif lainnya, bisa menggunakan layanan penyeberangan menggunakan kapal pompong. Tapi penyebarangan ini dikhususkan bagi pengendara roda dua atau pejalan kaki saja. Pelabuhan di Dumai ada di Selingsing sedangkan di Pulau Rupat, berlokasi di Kelurahan Pergam.

Fasilitas di Rupat Utara

Jangan khawatir ketika Anda berkunjung ke Pulau Rupat, khususnya di Rupat Utara. Sebab kini makin banyak pengingapan dan homestay, selain itu semakin banyaknya pengunjung yang datang menjadi berkah tersendiri bagi warga sekitar, mereka membuka usaha rumah makan, kuliner atau oleh-oleh khas Bengkalis.