Sholawat Beghanyut berasal dari kata sholawat yang berarti salah satu bacaan umat muslim untuk memanjatkan doa dan memuji Nabi Muhammad SAW. Sedangkan beghanyut berarti hanyut dengan menggunakan perahu.

Bagi masyarakat muslim Bengkalis, Sholawat Beghanyut merupakan salah satu bentuk ritual tolak bala dengan melafazkan sholawat, dzikir dan doa-doa di atas permukaan air laut.

Kegiatan yang diyakini sebagai upaya menjaga kampung, menjauhkan dari segala bahaya, ancaman, malapetaka dan wabah itu mirip seperti Khatib Beghanyut di Kabupaten Siak, Ratib Togak di Rokan Hilir atau Bele Kampong di Lingga, Kepulauan Riau.

Sholawat Laut Indonesia (Sholla Indonesia)

Sholawat Beghanyut sejatinya sudah ada sejak dulu. Tradisi itu kembali dihidupkan oleh perkumpulan Sholawat Laut Indonesia (Sholla Indonesia). Pendirinya adalah Abah Ahmad Fadhli Innayatullah.

Beliau adalah salah seorang alim ulama, tokoh masyarakat yang cukup disegani juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Sholawat Ãl Burdah Baa Khaalish 2002, Desa Senggoro, Kecamatan Bengkalis.

Perkumpulan ini dibentuk sebagai wadah syiar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menguatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW, lewat kegiatan dzikir dan sholawat.

Sebagai salah satu organiasi yang berfokus keagamaan, Sholla Indonesia yang telah memiliki akte pendirian per tanggal 4 Desember 2019 itu, telah banyak melakukan kegiatan, salah satunya Tasik Putri Puyu Bersholawat, di Pulau Padang, Kepulauan Meranti, 28 s.d. 29 Desember 2019.

Keliling Perairan Pulau Bengkalis

Bagi masyarakat Melayu pada umumnya, khususnya Melayu Bengkalis, tradisi sholawatan sebenarnya sudah dikenal cukup lama. Seperti pembacaan kita Al Barzanji dan marhaban dalam acara kenduri nikah atau aqiqah.

Bisa dikatakan, tradisi sholawatan ini sangat akrab dengan masyarakat Melayu. Hanya saja selama ini lebih banyak dilaksanakan di daratan.

Kegiatan Sholawat Beghanyut keliling perairan Pulau Bengkalis dilihat dari sisi tempat pelaksanaannya, tentu saja merupakan suatu hal yang baru. Namun dari sisi bacaannya bisa dikatakan tidak jauh beda.

Bacaan yang dikumandangkan saat mengelilingi perairan Pulau Bengkalis, diantaranya Qhosidah Burdah, Jazaul Aufa, Dalail Khairat dan Simtudduror (Maulid Habsyi).

Rute Sholawat Beghanyut

Pertama kalinya, Sholawat Beghanyut dilaksanakan 9 s.d. 10 Oktober 2019. Rute perjalanan yang ditempuh oleh sedikitnya enam armada perahu itu, dimulai dari Pelabuhan Bandar Sri Laksamana menuju Tanjung Sekodi.

Kemudian, dilanjutnya menyusuri laut Muntai, laut Jangkang, Perapat Tunggal dan berlabuh kembali di Pelabuhan Bandar Sri Laksamana.

Titik pemberhentian kapal atau perahu di kuala sungai Siak, Pulau Dedap, Tanjung Sekodi, Tanjung Senekip, Tanjung Jati Luar, Tanjung Jati Dalam, Tanjung Leban dan kuala Sungai Bukit Batu.

Didukung Banyak Pihak

Berbagai dukungan terus mengalir atas terselenggaranya Sholawat Beghanyut, tidak hanya dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis, tapi juga stakeholder terkait seperti dari Kapolres Bengkalis dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bengkalis.

Sholawat Beghanyut diharapkan menjadi salah satu icon wisata religi Bengkalis dan menjadi salah satu agenda wisata tahunan.

Sehingga selain diharapkan menjadi syiar agama namun juga memberikan efek bermanfaat bagi masyarakat sekitar.