Deburan ombak bergulung saling berkejar-kejaran. Angin sepoi-sepoi yang terus berhembus. Ditambah hangatnya sengatan mentari pagi, membuat pengunjung Pantai Selatbaru semakin ceria, Kecamatan Bantan, Bengkalis, Provinsi Riau.
Kala air pantai mulai surut, memikat para pengunjung untuk bermain-main dengan riak gelombang air. Sekedar, berlari-lari kecil diantara air yang mulai menyusut, atau mandi dan berenang.

Sensasi keceriaan di Pantai Selatbaru begitu terasa, tak kala air laut “menghilang”, yang tampak hanya hampiran pasir putih. Pengunjung berlarian, melompat bahkan bertiduran di hamparan pasir. Sekelompok anak-anak didampingi orang tua, asyik menggali pasir, membuat istana atau rumah-rumah dari pasir pantai.

Apalagi, saat itu cuaca cerah dan langit membiru. Dari kejauhan terlihat seungguk gunung biru, tepatnya di negeri jiran, Malaysia, bernama Gunung Ledang. Suasana langka ini, belum tentu bisa terlihat setiap hari, memikat para pengunjung untuk berswapoto alias selfie.

Tak kala sore menjelma, dari ufuk barat, sumbarat warna merah jingga dari mentari senja, menjadi daya tarik tersendiri. Momentum itu, ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi kawula muda atau dikenal kaum milenial, para pencinta sunset.

Tak hanya warga lokal, kaum melineal dari kota Bengkalis berduyun-duyun datang ke Pantai Selatbaru, untuk sekedar mengabadikan momen menarik itu.

Bagi pengunjung yang tak mau bertualangan, hanya ingin menikmati kuliner maupun panganan jajanan, tak harus repot. Terdapat puluhan gazebo di bibir pantai, yang menyediakan kuliner laut alias seafood, seperti lokan, udang, asam pedas ikan laut, atau hanya sekedar menikmat mi instan.

Lain halnya, bagi keluarga yang sudah menyiapkan makanan dari rumah. Mereka menyatap makanan, santai menikmati sepoi angin muara sungai Liong yang menjadi pertemuan antara air laut dan sungai. Di bawah pohon cemara yang meneduhkan, menambah kenikmatan santap siang bersama kelaurga.

Intinya, ketika bertandang di Pantai Selatbaru, maka segala kegundahan yang membayangi setiap kesibukan, hilang seketika, terusir oleh kemolekan dan pesona Pantai Selatbaru.

Pantai Selatbaru merupakan salah satu potensi wisata di Kabupaten Bengkalis yang menjadi salah satu destinasi utama bagi masyarakat pulau Bengkalis, maupun kecamatan di luar pulau Bengkalis bahkan kabupaten/kota di Bumi Lancang Kuning.

Tidak hanya cerita kemolekan pesona Pantai Selatbaru. Namun di pantai berpasir kala surut ini, setiap tahun rutin digelar perhelatan seni budaya, dan kuliner, yang diberi nama Festival Pantai Selatbaru. Hanya saja sejak pandemi Covid-19, even tahunan ini belum bisa digelar.

Kegiatan Festival Pantai Selatbaru merupakan upaya dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis, memikat wisatawan dari domestik maupun penjuru daerah dari kabupaten/kota di Provinsi Riau agar bertandang di pantai yang menghadap di perairan Selat Malaka.

Apa saja keunikan, sehingga menjadi daya magnet pada Festival Pantai Selatbaru. Berbicara tentang festival, tentu tak lepas dari penampilan berbagai atraksi seni, budaya maupun permainan rakyat. Berbagai kegiatan itu, menggambarkan tentang bagian kehidupan sehari-hari masyarakat pulau Bengkalis, yang terdiri berbagai suku bangsa, seperti Melayu, Jawa dan Akit serta lainnya.

Tarian persembahan dan tarian zapin yang ditampilkan gemulai dari para bujang dan dara Melayu yang menyelingi iringan musik semakin memikat para pengunjung. Secara bergilir, kelompok seni reog dan kuda kepang dari Suku Jawa menyuguhkan antraksi menawan. Tak ketinggalan penampilan antraksi Barongsai dari Suku Tionghoa, serta penampilan seni budaya dari Suku Akit.

Tak cukup penampilan seni budaya yang disuguhkan bagi setiap orang yang datang. Mengingat festival ini tidak hanya dilaksanakan dalam waktu sehari, pihak penyelenggaran Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Budparpora) Kabupaten Bengkalis menggelar berbagai suguhan lainnya yang tak kalah menarik. Apa saja suguhan tersebut.

Perlombaan perahu jong. Seakan menjadi ungkapan, tidak sah jika festival pantai tidak ada permainan atau perlombaan perahu jong. Artinya, perlombaan perahu jong ini sangat identik dengan Festival Pantai Selatbaru.

Permainan yang sudah ada sejak lama ini, dimainkan oleh para pencinta permainan tradisional ini dari kalangan masyarakat Melayu. Jong yang merupakan miniatur sampan layar, melaju dengan menghandalkan tiupan angin, selama ini pesertanya tidak hanya dari pulau Bengkalis, namun dari pencinta jong dari Kabupaten Meranti, Dumai, Siak dan Pelalawan, terutama dari masyarakat yang tinggal di pesisir.

Kemudian permainan gasing. Permainan yang sejak dulu menjadi permainan anak-anak, saat ini mulai tergerus oleh pengaruh globalisasi, kemajuan teknologi dan informasi. Dimana, anak-anak zaman kenen, terlebih generasi melineal, tidak akrab lagi dengan permainan gasing.

Melalui Festival Pantai Gasing ini, pihak pemerintah, menginginkan agar permainan ini tidak lekang ditelan zaman. Meski dalam pertandingan ini, permainan gasing dimainkan oleh dewasa, namun setidaknya perlombaan ini, tetap menghibur setiap orang yang datang.

Kemudian lomba layang-layang. Ketika Festival Pantai Selatbaru digelar, ratusan layang-layang berbagai bentuk dan corak menghiasan langit biru, membuat suasana semakin semarak dan ceria. Terlebih penggila permainan layang-layang, ajang ini tidak hanya sekedar menyalurkan hobi.