Tradisi merupakan peninggalan nenek moyang yang sudah terbentuk di dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa dan sudah menjadi identitas mereka. Dalam kebudayaan Tionghoa terdapat macam-macam tradisi, namun hingga saat ini hanya beberapa tradisi saja yang masih dilakukan orang Tionghoa.

Masyarakat Tionghoa dikenal sebagai masyarakat yang memandang penting tradisi mereka, tradisi tersebut berupa kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan perayaan-perayaan atau kepercayaan yang mereka anut.

Beberapa tradisi itu seperti, Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, Festival Duan Wu, Festival Qixi, Festival Kue Bulan, Perayaan Cheng Beng, Sembahyang Rebutan (Cioko), Perayaan Bakar Tongkang, dan lain-lain.

Salah satu tradisi masyarakat Tionghoa yang paling dikenal sejak dahulu hingga sekarang, dan sudah dijadikan penanggalan tetap di Indonesia adalah perayaan tahun baru Imlek.

Tahun Baru Imlek merupakan merupakan perayaan orang Tionghoa, khususnya Tionghoa di Kabupaten Bengkalis. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama).

Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chunxi yang berarti malam pergantian tahun. Tahun baru dimaknai sebagai suatu awal di mana masyarakat dalam suatu budaya mengawali atau memasuki tahap baru dengan harapan baru. Harapan yang dipanjatkan pada saat Imlek adalah rejeki, kebahagiaan atau kesuksesan di tahun yang baru.

Memasuki tahap baru ini pada umumnya dilaksanakan atau dirayakan dengan ritual-ritual yang dianggap dapat mewakili harapan mereka. Ritual-ritual untuk memanjatkan doa dan pengharapan berbentuk upacara sembahyang atau pemberian benda kepada sosok yang dipuja sebagai simbol doa atau harapan.

Pada saat menjelang perayaan Imlek, biasanya masyarakat Tionghoa mulai mendekorasi rumah mereka dengan kain atau lampion dan nuansa serba merah, mempersiapkan angpao, mempersiapkan kue dan makanan untuk Imlek.

Kemudian ketika pada hari Imlek masyarakat Tionghoa biasanya makan bersama keluarga, membakar petasan, sembahyang kepada leluhur, membagikan angpao, menyaksikan atau mengadakan kesenian barongsai dan masih banyak lagi.

Puncak acara Perayaan Tahun Baru Imlek di Kabupaten Bengkalis berlangsung pada hari ke-6 bulan pertama Tahun Baru Imlek yang biasanya disebut Cue Lak.

Perayaan Cue Lak merupakan hari ulang tahun salah satu dewa warga Tionghoa, yakni Dewa Qing Shui Zu Shi atau biasa disebut oleh warga setempat yakni, Dewa Co Su Kong.

Pada hari ke enam perayaan Imlek etnis Tionghoa di Kabupaten Bengkalis mempercayai bahwa sang dewa sedang turun ke bumi dengan maksud untuk mengusir unsur unsur kejahatan dan memberikan kemakmuran dan ketentraman bagi warga etnis Tionghoa.

Untuk itu diadakan penyambutan khusus dengan menggotong tandu patung Dewa Co Su Kong yang diikuti dua temannya, yaitu Dewa Li Lo Cia dan Dewa Tian Dou Yuan Shuai dan diarak berkeliling kota.

Sementara itu, setiap ketiga dewa ini melintas di depan rumah orang Tionghoa, maka masyarakat Tionghoa akan menyalakan petasan yang sudah digantung di depan rumah. Bunyi petasan dipercaya sebagai pengusir energi negatif dan mendatangkan energi positif. Arak-arakan atau pawai disertai menggelar atraksi tarian Liong (naga), dan atraksi Barongsai (singa).

Setiap tahun, peringatan Cue Lak Bengkalis dilaksanakan di Kelenteng Vihara Hok Ann Kiong. Penyambutan Cue Lak dimeriahkan dengan pesta kembang api dan pembakaran petasan. Paginya, ribuan warga Tionghoa akan memadati jalan sekitar kelenteng Vihara Hok Ann Kiong untuk berdoa atau sembahyang.

Di tengah klenteng digelar meja altar besar tempat warga meletakkan sesajian. Ritual ini tak hanya disaksikan warga Tionghoa, tapi juga masyarakat Bengkalis lainnya.

Upacara tradisi Cue Lak tersebut juga diiringi oleh para tetua atau orang yang terpilih dan dirasuki oleh roh para dewa yang biasa disebut Thangkie yaitu dimana raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara roh dewa tersebut.

Di sekujur tubuh Thangkie terdapat tusukan-tusukan senjata tajam. Aksi Thangkie juga menjadi salah satu yang dinanti-nanti warga, terutama saat dan tempat tertentu. Dimana Thangkie akan bertingkah laku aneh sebagaimana orang yang sedang dirasuki roh atau makhluk gaib.

Diawali dari Vihara Hok Ann Kiong, arak-arakan pawai Cuek Lak Bengkalis rute yang biasa ditempuh biasanya, menuju Jalan Ahmad Yani lalu belok kiri menuju Jalang Hang Tuah, hingga perempatan Hang Tuah-Pattimura. Selanjutnya kembali ke Vihara Hok Ann Kiong di Jalan Yos Sudarso.